Masjid Sultan Tidore: Warisan Sejarah Islam di Maluku Utara
Rahmatullah.id – Masjid Sultan Tidore menjadi simbol kejayaan Islam di Maluku Utara, dengan arsitektur klasik dan nilai sejarah tinggi sejak masa Kesultanan Tidore.
Pendahuluan: Jejak Peradaban Islam di Timur Nusantara
Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang mencerminkan perjalanan panjang penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu yang paling bersejarah adalah Masjid Sultan Tidore di Maluku Utara, sebuah bangunan megah yang menjadi saksi kejayaan Kesultanan Tidore pada masa lampau.
Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Tidore. Arsitekturnya yang khas, sejarah panjangnya, serta nilai spiritual yang terkandung di dalamnya menjadikan Masjid Sultan Tidore sebagai destinasi wisata religi dan budaya yang sangat berharga di kawasan timur Indonesia.
BACA JUGA : Masjid Tua Wapauwe: Jejak Islam Tertua di Maluku Tengah
Sejarah Berdirinya Masjid Sultan Tidore
Masjid Sultan Tidore diperkirakan dibangun pada abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Saifuddin, salah satu penguasa besar Kesultanan Tidore. Kesultanan ini dikenal sebagai kerajaan Islam yang berpengaruh di kawasan Maluku, terutama dalam perdagangan rempah-rempah yang menjadikan wilayah ini terkenal di dunia.
Awalnya, masjid ini dibangun sederhana dengan material alami seperti batu karang, kapur, dan kayu. Namun, seiring waktu, masjid ini mengalami beberapa renovasi tanpa mengubah bentuk aslinya, demi menjaga nilai sejarah dan keaslian arsitekturnya.
Masjid ini juga berfungsi sebagai pusat dakwah, tempat pendidikan Islam, serta tempat musyawarah para ulama dan bangsawan Tidore. Di sinilah banyak keputusan penting kerajaan diambil, yang menggabungkan unsur pemerintahan dan agama dalam satu kesatuan yang harmonis.
Makna dan Filosofi Nama Masjid
Penyebutan nama Masjid Sultan Tidore memiliki makna simbolis yang dalam. Nama “Sultan” bukan hanya merujuk pada penguasa kerajaan, tetapi juga mencerminkan peran pemimpin sebagai pelindung agama dan rakyatnya.
Masjid ini melambangkan hubungan erat antara kekuasaan dan spiritualitas — di mana raja tidak hanya bertugas memerintah, tetapi juga menjadi teladan dalam menjalankan ajaran Islam. Inilah yang membedakan Kesultanan Tidore dengan banyak kerajaan lain di Nusantara pada masa itu.
Keunikan Arsitektur Masjid Sultan Tidore
Masjid ini merupakan perpaduan indah antara arsitektur Islam klasik dan budaya lokal Maluku. Gaya bangunannya menunjukkan pengaruh kuat dari arsitektur Arab, Jawa, dan Melayu, namun tetap mempertahankan karakter lokal Tidore.
Beberapa keunikan yang menonjol antara lain:
1. Atap Bertingkat Tiga
Atap masjid berbentuk tumpang tiga menyerupai piramida, yang melambangkan tiga tingkatan dalam kehidupan manusia: iman, ilmu, dan amal. Bentuk ini juga mencerminkan gaya khas masjid tradisional Nusantara, seperti yang terlihat di Masjid Agung Demak atau Masjid Ternate.
2. Tiang dan Bahan Bangunan Tradisional
Masjid ini memiliki tiang penopang besar dari kayu jati dan merbau yang kuat dan tahan lama. Seluruh struktur bangunan di rancang tanpa menggunakan paku logam, melainkan sistem pasak kayu yang memperlihatkan keahlian arsitek tradisional.
3. Mihrab dan Mimbar Antik
Mihrab masjid di hiasi dengan ukiran kaligrafi Arab kuno yang indah, sementara mimbar kayunya merupakan peninggalan asli dari masa Kesultanan Tidore. Mimbar ini di gunakan oleh para khatib sejak ratusan tahun lalu dan masih di pertahankan keasliannya hingga kini.
4. Halaman Luas dan Menara Bersejarah
Masjid ini memiliki halaman luas yang sering di gunakan untuk kegiatan keagamaan dan perayaan Islam seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri. Di sisi utara, berdiri sebuah menara tua yang dahulu berfungsi sebagai tempat muazin mengumandangkan azan dan pengawasan lingkungan kerajaan.
Peran Masjid Sultan Tidore dalam Kehidupan Masyarakat
Masjid ini bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga pusat aktivitas sosial dan spiritual masyarakat Tidore. Setiap harinya, masjid ini di penuhi jamaah yang datang untuk beribadah, belajar, atau sekadar menikmati ketenangan suasana religiusnya.
Selain itu, masjid ini menjadi lokasi penting untuk berbagai acara keagamaan dan budaya, antara lain:
- Perayaan Maulid Nabi dan Isra Mikraj, di iringi dengan pembacaan shalawat dan zikir bersama.
- Festival budaya Tidore, yang sering menampilkan prosesi adat di halaman masjid.
- Kegiatan dakwah dan pendidikan Islam, termasuk pengajaran Al-Qur’an bagi anak-anak dan remaja.
Perpaduan antara fungsi keagamaan dan sosial inilah yang menjadikan Masjid Sultan Tidore tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat modern.
Nilai Historis dan Religius yang Mendalam
Masjid Sultan Tidore menjadi simbol kejayaan masa lalu dan semangat keberagamaan yang tak pernah padam. Di balik dinding tuanya tersimpan banyak kisah perjuangan dan keteguhan iman masyarakat Tidore dalam mempertahankan keyakinan di tengah arus globalisasi.
Masjid ini juga menjadi tempat bersejarah bagi para sultan dan tokoh Islam di Maluku Utara. Di sekitarnya terdapat kompleks pemakaman keluarga Kesultanan Tidore, termasuk beberapa sultan terdahulu yang berjasa besar dalam menyebarkan Islam.
Nilai historis ini menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat suci, tetapi juga penanda identitas Islam di Maluku Utara.
Masjid Sultan Tidore sebagai Destinasi Wisata Religi dan Budaya
Kini, Masjid Sultan Tidore menjadi salah satu destinasi wisata religi dan sejarah unggulan di Maluku Utara. Banyak wisatawan datang untuk melihat langsung keindahan arsitekturnya, merasakan nuansa spiritualnya, serta belajar tentang sejarah penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia.
Masjid ini sering menjadi bagian dari paket wisata sejarah yang mengunjungi Kota Tidore, termasuk Istana Kesultanan Tidore, Benteng Tore, dan pelabuhan tua yang dulu menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dunia.
Dengan suasana damai dan pemandangan laut biru di sekitarnya, Masjid Sultan Tidore memberikan pengalaman spiritual sekaligus estetika yang menenangkan.
Upaya Pelestarian dan Harapan ke Depan
Sebagai warisan sejarah dan budaya bangsa, Masjid Sultan Tidore mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Program restorasi di lakukan secara berkala untuk menjaga keaslian struktur tanpa mengubah bentuk tradisionalnya.
Masyarakat Tidore sendiri berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan kesakralan masjid. Mereka meyakini bahwa merawat masjid ini berarti melestarikan jati diri dan kebanggaan mereka sebagai umat Islam di timur Nusantara.
Harapannya, masjid ini dapat terus menjadi pusat dakwah, wisata religi, dan simbol persatuan masyarakat Maluku Utara di masa depan.
Kesimpulan: Warisan Iman yang Tak Lekang oleh Waktu
Masjid Sultan Tidore bukan hanya peninggalan arsitektur Islam kuno, tetapi juga lambang keteguhan iman, kebesaran sejarah, dan kebijaksanaan budaya masyarakat Tidore.
Dengan nilai spiritual, historis, dan estetika yang tinggi, masjid ini menjadi bukti nyata bahwa Islam telah berakar kuat di bumi Maluku Utara selama berabad-abad.
Mengunjungi Masjid Sultan Tidore bukan sekadar wisata, tetapi perjalanan menyelami jejak peradaban, keimanan, dan kebanggaan bangsa. 🕌✨
